@Ust. Ali Basher
Berbicara mengenai keselamatan tentunya kita berbicara mengenai sebuah cita-cita dan dambaan seluruh umat manusia. Tiada seorangpun di dunia ini kecuali mereka berharap akan keselamatan baik dalam kehidupan di dunia yang fana ini terlebih ketika kita hadir dalam kehidupan setelah kematian, yaitu kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun terkadang banyak yang mencari keselamatan namun tidak berjalan menujunya. Bahkan terkadang tanpa merasa atau terasa berlari semakin jauh dari jalan yang akan membawanya kepada keselamatan.
Sebelum kita berbicara akan keselamatan, ada sebuah kisah yang menarik terjadi diantara para sahabat yang mulia yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan. Sebagaimana hadits akan kisah ini diceritakan oleh Utsman bin Affan sendiri dan diriwayatkan dari Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad beliau. Ustman bin Affan bertutur :
(Suatu ketika) berlalu padaku Umar bin Khaththab dan memberikan salam sedangkan aku (Utsman) tidak merasakan akan hal tersebut, kemudian Umar pergi dan mendatangi Abu Bakar dan berkata padanya bagaimana menurutmu aku melalui Utsman dan memberikan salam kepadanya sedangkan ia tidak menjawab salamku, dan kemudian keduanya mendatangi aku (Utsman) dan Abu Bakar berkata kepada Utsman, bahwa telah berlalu dihadapanmu saudaramu Umar dan mengucapkan salam kepadamu sedangkan engkau tidak menjawabnya. Maka Utsman menjawabnya bahwa tiada yang berlalu dihadapannya yaitu (Utsman) tidak melihatnya.
Kemudian Umar berkata demi Allah aku telah berlalu padamu, dan Utsman menjawabnya demi Allah aku tidaklah merasakan (akan kehadirannya) dan ucapan salamnya kepadaku. Abu Bakar berkata bahwa Utsman telah mengatakan yang sebenarnya bahwa ia telah disibukkan (akan sebuah perkara) sehingga ia tidak sadar bahwa Umar telah berlalu padanya dan mengucapkan salam kepadanya. Ia (Utsman) tidak merasakan akan kehadirannya dan salamnya kepadanya, ini menunjukan bahwa apa yang dipikirkannya adalah sesuatu yang agung sehingga menyibukannya, kemudian ia menjawabnya benar bahwa aku sedang memikirkan akan jalan keselamatan, sedangkan Rasulullah telah meninggalkan kita semua, sedangkan aku belum mempertanyakan akan hal tersebut, maka apabila kita memperhatikan kisah ini dari tiga orang generasi terbaik Rasulullah, dan seluruhnya telah mendapatkan bushro (kabar gembira) akan surga Allah, dan pada suatu ketika Utsman yang dalam keadaan duduk-duduk memperhatikan dan memikirkan akan keselamatan, bagaimana mendapatkan dan caranya sehingga ia tidak memperhatikan Umar berlalu padanya dan mengucapkan salam padanya. Dan Abu Bakar berkata bahwa aku telah bertanya akan hal itu kepada Rasulullah akan hal tersebut (yakni akan keselamatan), maka Utsman berkata demi Ibu dan Ayahku apa yang dikatakannya kepadamu? Maka beliau (Abu Bakar) menjawab bahwa Rasulullah berkata, “Barangsiapa yang menerima dariku sebuah kalimat ( yakni kalimat tauhid ) yang aku sampaikan pada pamanku sedangkan ia menolaknya, maka ia akan selamat.”
Sungguh kisah di atas adalah sebuah episode kehidupan yang patut kita renungkan bersama. Ketika tiga manusia yang luar biasa ini berbicara akan jalan keselamatan, padahal keselamatan itu telah mereka miliki. Beranjak dari kisah tersebut maka kami akan menyimpulkan akan muara keselamatan yang patut menjadi tujuan dan jalan kita semua dalam mengarungi kehidupan ini dalam beberapa hal diantaranya :
1. Kalimat Tauhid yang merupakan inti dari segala bentuk dan nama keselamatan yang akan ditempuh setiap manusia; karena tauhid adalah alamat keselamatan bagi pelakunya; apakah itu akan menyelamatkannya dari neraka, atau dari kekekalan di dalam neraka, karena maksiat yang ia kerjakan. Ketika seseorang masih menggenggam tauhid kepada Allah maka hal itu akan menjadi penyelamat baginya selama ia masih mengamalkannya. Maka tauhid adalah asas dan landasan akan keselamatan di dunia dan akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚكَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS. Fatir: 36)
2. Hal selanjutnya adalah mengikuti teladan umat manusia yakni Rasulullah, menjadikan beliau sebagai teladan dalam meniti jalan kehidupan termasuk di dalamnya menjadikan akhlaknya sebagai jalan untuk diteladani, sebagaimana perkataan Imam Malik, Sesungguhnya Sunnah ibaratnya perahu bahtera Nabi Nuh barangsiapa yang menaikinya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan binasa,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab: 21)
Dan dalam sabdanya Rasulullah berkata
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang tidak sesuai dengan sunnahku maka amal tersebut tertolak”. (HR.Muslim)
3. Menjalankan seluruh perintah Allah dan meninggalkan segala bentuk laranganNya, adalah faktor berikutnya yang akan membawa seorang muslim menuju keselamatan, sebagaimana hal ini dipertanyakan oleh banyak oleh sahabat Nabi dan semuanya bermuara pada pelaksanaan perintahNya dan mengeliminir segala bentuk pelanggaran dan juga penyelewengan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh seorang sahabat yang bertanya, “Apakah pendapatmu wahai Rasulullah, jikalau aku melaksanakan shalat wajib, mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Allah, apakah aku masuk surga? Maka Rasulullah menjawab, “Ya.” (HR. Muslim) dan dalam riwayat Imam Muslim yang lainnya, “ dan aku tidak akan menambahkan sedikitpun padanya.”
4. Diantara jalan menuju keselamatan adalah sebagaimana yang dipertanyakan oleh seorang sahabat Nabi akan jalan keselamatan tersebut, sebagaimana yang termaktub dalam Sunan At-Tirmidzi dari sahabat Uqbah bin Amir ketika ia bertanya kepada Nabi apakah keselamatan itu sehingga Rasulullah menjawabnya bahwa keselamatan ada pada tiga hal; Tahanlah atasmu lisanmu, berdiamlah dirumahmu dan tangisilah segala bentuk kesalahanmu. Rasulullah menyebutkan tiga perkara agung dalam menjawab arti dari keselamatan dan mendapatkannya. Maka siapa saja yang berharap akan keselamatan dan ingin menggapainya perhatikan ketiga perkara tersebut ;
a) Menjaga Lisan. Agar setiap kita tidaklah gampang berbicara namun tidak menetapi apa yang kita ucapkan. Mudah berjanji, namun menyelisihinya, berdusta dan berbagai hal yang kesemua itu berasal dari lisan kita maka waspadalah akan hal tersebut karena Rasulullah menakar kebenaran lisan kita dengan keimanan sebagaimana dalam hadits beliau berucap, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berucap atau berbicara dengan baik atau diam.”
b) Menjaga Rumah kita (termasuk didalamnya adalah keluarga) dari jilatan api neraka sebagaimana firman Allah, ‘Wahai orang-orang yang beriman jagalah irimu dan kekuargamu dari api neraka.” (QS.At-Tahrim: 6) menjaga keluarga kita agar istiqomah dalam naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan tidak membiarkan mereka berpaling dari keduanya.
c) Menangisi segala bentuk kesalahan dan kelalaian. Dan berupaya untuk kembali kejalan Allah dengan senantiasa bertaubat dan memohon ampun kepadaNya. Dan yang dimaksudkan disini adalah didalam kesendirian kita menangisi kesalahan, kealpahan, dosa, maksiat, kelalaian, dan segala bentuk kekurangan seorang hamba kepada Rabb-Nya.
5. Bersimpuh dan berlindung di hadapan Allah adalah singgasana keselamatan seorang hamba kelak dihari kiamat, ketika seorang hamba datang bersimpuh kepada Allah dengan memohon doa kepadaNya, sebagaimana firmanNya,
فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Fatir: 8)
Dan diantara doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ
“Ya Allah aku memohon kepadaMu, untuk teguh diatas seluruh perintah, Kokoh dalam melaksanakan kebenaran.”
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Allah jangan Engkau palingkan hatiku, setelah engkau berikan petunjuk, dan anugerahkan darimu rahmat sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi anugrah.”
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku diatas agamaMu.”
Dan Rasulullah adalah teladan seluruh umat bagi kita untuk senantiasa memohon ampunanNya. Tidakkah anda membaca firmanNya,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka selama engkau (Muhammad) masih berada disisi mereka dan Allah tidak menghukum mereka selama mereka masih memohon ampun kepada Allah.” (QS. Al-Anfal: 33)
Dan kabar gembira bagi siapa saja yang banyak memohon ampun kepada Allah, sebagaimana hal ini disampaikan oleh Rasulullah,
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
“ Kabar gembira bagi siapa saja yang mendapatkan lembaran-lembaran catatan amalnya istighfar (permohonan ampun) yang banyak sekali. “
Dan berkata salah seorang Khalifah yakni Ali bin Abi Thalib sungguh aku sangat takjub kepada orang-orang yang binasa sedangkan muara keselamatan bersama mereka, lalu mereka bertanya apakah hal tersebut. Beliau Menjawab, Al-Istighfar (permohonan ampun) bersama kalian keselamatan yakni, Al-Istighfar (permohonan ampun) maka perbanyaknya istighfar.
6. Hal terakhir dari semua itu adalah perhiasan tiada tara dan ternilai harganya. Petuah ataupun nasihat super yang senantiasa menghiasi kehidupan setiap manusia yakni mengingat akan datangnya ajal (kematian), hari perhitungan, timbangan amal kebajiakan amal perbuat manusia, semua itu adalah proses yang akan dilalui setiap hamba. Maka setiap kali manusia mengingat hal yang satu ini maka ia akan bersiap, mempersiapkan, dan berbekal untuk hari kemudian sebagaimana firmanNya,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Itulah sekelumit sarana yang kami sampaikan berupa poin-poin penting yang menjadi muara keselamatan bagi setiap manusia. Bagi siapa saja yang ingin menggapainya maka berupayalah, berusahalah dan bersemangatlah untuk menggapainya ketika Allah membuka pintu kesempatan itu lebar-lebar. Dan jangan merasa bahwa waktu itu akan selalu ada, namun upayakan sedapat mungkin kesempatan itu selalu terbuka bagi kita. Semoga Allah senantiasa menyertai kita bersrsebut daama dalam menggapai asa menuai muara keselamatan tersebut di seluruh kehidupan kita di dunia dan akhirat kelak. Amin
.jpg)